Hingga saat ini, sudah banyak kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh Jokowi. Salah satunya dalam hal mengatasi kemacetan. Berikut saya paparkan.
---

Saat itu Jokowi kaget karena ada Kopaja yang usianya mencapai 30 tahun. Melihat hal ini Jokowi berencana meremajakan Metromini dan Kopaja. Ada sekitar 4.200 bus Metromini dan Kopaja yang harus diganti.
Skemanya, Ahok menuturkan Pemprov akan membeli dan menghibahkan bus untuk dikelola Kopaja dan Metromini.
"Nanti Pemda yang beli bus, jadi bus punya kita, seperti TransJakarta. Kita minta gaji lebih tinggi, 3 kali lipat UMP. Kaya pilot gitu dan nanti akan dievaluasi setiap 6 bulan sekali. Itungan gajinya per kilometer. Nanti pakai GPS untuk mengontrolnya. Kalau pun nanti tidak jalan, akan ditarik sama Pemprov. Kalau sudah jalan sendiri, nanti bisa beli bus sendiri ke depannya," tuturnya.
Sistem kerja sopir bus akan seperti pilot. "Sistemnya seperti pilot, landing 4 kali harus istirahat. Jadi tidak perlu ada setoran. Itu yang diharapkan dapat mengurangi kecelakaan," kata Ahok di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Senin (15/10/2012).
Soal gaji, sopir akan digaji Rp 3,5 juta sampai dengan Rp 5 juta/bulan, dihitung berdasar kilometer. Dengan sistem seperti pilot dan ada gaji, maka tidak perlu mengejar setoran sehingga membuat para sopir mengemudi kebut-kebutan dan ugal-ugalan.
Pemberhentian bus-bus itu juga akan diatur, sehingga tidak ngetem sembarangan yang menjadi salah satu pangkal kemacetan lalu lintas. "Bus yang kecil dan TransJakarta akan digabungkan, termasuk jalurnya. Dalam 3 bulan inilah," janji Ahok.
Sementara armada bus TransJakarta akan ditambah armadanya 158 unit bus gandeng baru, 102 unit tahun ini dan sisanya tahun 2013.

"Ya semua masih paralel (penyelesaiannya) seperti MRT, monorel, memang segera harus dieksekusi. Harus ada presentasi yang jelas, yang saya paling perhatikan adalah biaya. Jika biayanya tidak memberatkan masyarakat pasti akan langsung saya eksekusi," ujar Jokowi, kepada wartawan di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (17/10/2012).
Jokowi lebih memilih transportasi massal terlebih dulu, daripada penambahan ruas jalan.
"MRT-lah, MRT dan monorel, transportasi massal," kata Jokowi saat disodori pertanyaan, apakah memprioritaskan MRT, monorel, atau enam ruas jalan tol baru.
Karena masih memperhitungkan biaya proyek MRT dan monorel dan menganggarkannya pada tahun 2013, proyek MRT ini masih belum dieksekusi.

"Masa Trans Solo sama Trans Yogya pembayaran tiket sudah seperti e-Toll , e-Money, kan sudah canggih. Kan ada e-Toll pass, mengapa tidak dipakai di bus kita. Kopaja-kopaja, pembayaran bisa kita arahkan. Bank mana yang mengatur. Termasuk juga pajak online, restoran, parkir, hiburan, model-model seperti itu. Tugas Pak Gubernur kan begitu," tutur Ahok di Balai Kota, Rabu (31/10/2012) kemarin.

"Mau ditambahi 17 km, masih Desember tahun ini. Jadi rancangannya saja dulu," ujar Jokowi usai melakukan peninjauan di beberapa wilayah, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (29/10/2012).
Jokowi saat itu usai jalan-jalan sore di beberapa wilayah Jakarta seperti Taman Ayodya, Jakarta Selatan dan sekitar Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Hal itu diungkapkan Jokowi saat diwawancara mahasiswa dari Institut Bisnis Informatika Indonesia. Mereka datang ke Balai Kota di Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (30/10/2012).
Diawali senyum, Jokowi yang memakai jas dan dasi itu menuturkan bahwa untuk mengatasi kemacetan diperlukan budaya tertib berlalu lintas.
"Pertama, mengubah perilaku masyarakat untuk tertib lalu lintas. Kedua, menyiapkan infrastruktur MRT, monorel, dan busway. Ketiga, nanti dengan kebijakan," jelas Jokowi.
"Kebijakan seperti apa, Pak?" cecar mahasiswa itu.
"Pajak parkir yang tinggi, pajak beli mobil yang tinggi. Monorel bisa 4 tahun, MRT bisa 10 tahun," tutup Jokowi.
sumber: detik.com
0 komentar:
Post a Comment
Silakan berkomentar...